News


Efektivitas Kurikulum KTSP di SDN Sumbersari 1
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang


Di susun oleh:
1.     Farid Fahruddin Noor             (125110600111004)
2.     Erika Mariatus Sholikhah       (125110600111014)
3.     Reza Violita                             (125110601111005)
4.     Maria Apriliani Noviyanti       (125110607111010)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2013
Kata Pengantar
           
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan lancar tanpa hambatan apapun.
            Dengan terselesainya tugas mini riset dengan judul “Efektivitas Kurikulum KTSP di SDN Sumbersari 1 Kecamatan Lombokwaru Kota MaLang”  ini. Semoga memberikan manfaat untuk perkembangan pembelajaran serta menambah wawasan lebih luas kepada para pembaca. Khususnya untuk penelitian lebih lanjut dengan kasus yang sama.
            Kami menyadari bahwa mini riset ini masih belum sempurna dan memiliki kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik, saran serta masukan dari pihak lain untuk menyempurnakan mini riset ini.
            Terakhir kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah pengantar pendidikan program studi pendidikan bahasa dan sastra jepang, Ibu Nia Budiana, dan seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan mini riset ini.


Malang, 19 Mei 2013

Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman judul .............................................................................................................  ...........1
Kata pengantar ..........................................................................................................  .............2
Daftar isi ........................................................................................................................... ........3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... .....4
1.1. Latar belakang .................................................................................................................. ..4
1.2. Rumusan masalah ............................................................................................................. ..5
1.3. Tujuan penelitian .............................................................................................................. ..5
1.4. Manfaat penelitian ............................................................................................................. .5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. .7
2.1. Pengertian efektivitas ................................................................................................. ........7
 2.2. Pengertian kurikulum dan jenis kurikulum ..................................................................  .....8
2.3. Pengertian pendidikan ............................................................................................  .........12
2.4. Pengertian sekolah dasar .............................................................................................. .....13
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................... ...14
3.1. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................................................... ..14
3.2. Teknik pengumpulan data .............................................................................................  ..14
3.3. Teknik penentuan responden .........................................................................................  ..15
3.4. Teknik pengolahan dan analisis data .............................................................................. ..15
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Lampiran – lampiran
Daftar pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. sedangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sendiri merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing – masing satuan pendidikan di Indonesia. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu kepada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui peraturan menteri pendidikan nasional. (Mulyasa, 2013:17)
Pada dasarnya krikulum adalah sebuah rancangan pendidikan yang mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek  kegiatan pendidikan. Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan tetapi harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak –pihak lain yang terkait dengan tugas – tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Di era globalisasi dan pasar bebas tentu akan berhadapan dengan perubahan yang tidak menentu. Hal tersebut telah mengakibatkan hubungan yang tidak liniar antara pendidikan dan lapangan, karena apa yang terjadi dalam lapangan kerjasulit diikuti oleh dunia pendidikan, sehingga terjadilah kesenjangan. Sebuah perencanaan tentu harus dilakukan dan dimulai sejak dini, sebuah pondasi yang kuat tentu akan jugamenjadikan sebuah hasil yang memuaskan. Begitu juga dengan dunia pendidikan, dasar dari semua jenjang pendidikan harus diperhatikan secara lebih. Dalam hal ini sekolah dasar memiliki peranan penting, karena di dalamnya terdapat unsur – unsur penting yang mampu mendasari calon – calon penerus bangsa yang akan menunjang kemajuan dunia pendidikan selanjutnya.
Berkaitan dengan pendidikan, berbagai analisis menunjukan bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai krisis yang perlu mendapat penanganan, di antaranya yang berkaitan dengan masalah relevansi, atau kesesuaian antar bangunan. Dalam rangka inilah pemerintah menggagaskan KTSP, sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi, karena kurikulum yang sebelumnya yakni KBK dianggap kurang mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan perkembangan zaman sekarang.
Oleh karena itu kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. seiring dengan perkembangan zaman tuntutan dari masyarakat, maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. inovasi akan berjalan dan mencapai sasarannya jika program pendidikan tersebut dirancang dan diimplimentasikan sesuai dengan kondisi dan tuntutan zaman. Terutama zaman globalisasi sekarang ini.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana peranan KTSP di sekolah dasar SDN Sumbersari 1 kecamatan Lombokwaru kota Malang?
  2. Apa keunggulan dan kelemahan KTSP?

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui berbagai peranan serta  fungsi KTSP dalam sistem pendidikan khususnya bagi sekolah dasar guna membangun proses belajar yang baik.
2.      Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan KTSP terutama di jenjang sekolah dasar.

1.4  Manfaat Penelitian
Untuk guru:
  1. Memberikan pengajaran dan bimbingan kepada anak didiknya dengan menggunakan banyak metode pembelajaran sehingga menimbulkan suasana baru dalam kelasnya.
  2. Mempermudah memberikan informasi seputar pendidika dan juga pengetahuan umum lainnya terhadap anak didiknya.
Untuk jenjang sekolah:
  1. Mengetahui tingkat keberhasilan siswa dengan adanya kurikulum KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan)
  2. Mengetahui tingkat pencapaian karakter yang diharapkan dari implementasi KTSP
Untuk mahasiswa:
  1. Sebagai  sumber informasi  untuk membuat penelitian selanjutnya  dengan masalah yang sama
  2. Memberikan pandangan kepada mahasiswa yang igin menjadi guru untuk lebih kritis dalam menggunakan metode dan pendekatan dalam proses belajar mengajar di sekolah.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.  Efektivitas
A. Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau   sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan   efetivitas  sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. (Hidayat, 1986:17)
Efektifitas adalah pencapain target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif. (R John, Jr, 1986:35)
            Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang   telah   ditentukan   di   dalam   setiap   organisasi,   kegiatan   ataupun   program. Disebut     efektif  apabila  tercapai   tujuan   ataupun    sasaran    seperti  yang    telah ditentukan. 
Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat       S. (1994:16) yang menyatakan bahwa Efektivitas adalah  pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
        Efektivitas  ditinjau  dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata   lain,   penilaian   efektivitas   harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan. (Georgopolous dan Tannembaum, 1985:50) 
        Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk   memenuhi   tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya.(Steers,1985:87)
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas   dan   waktu)   yang   telah   dicapai   oleh   manajemen,   yang   mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep     efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan    perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam     hal   ini  efektivitas  merupakan pencapaian   tujuan   organisasi   melalui   pemanfaatan   sumber  daya   yang   dimiliki secara efisien,  ditinjau  dari  sisi  masukan (input),  proses,  maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi  ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

2.2. Kurikulum
            a. Pengertian Kurikulum
Secara Etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah  raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu  jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Secara terminologis, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian semula ialah sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar.
            Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan  bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik. (Beane dkk, 1986:77)
Kurikulum dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah ‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’ dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah. (Kliebard, 1982 : 99)
Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out7 comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.Perencanaan tersebut disusun secara terstrukturuntuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. (Grayson 1999: 197)
            Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan  secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk  mencapai tujuan pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
b. Jenis - jenis Kurikulum
1. Separated Subject Curriculum
Separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh huru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.
Pada zaman Romawi ada mata pelajaran yang harus dikasai oleh peserta didik yang terdapat dalam The Seven Liberal Arts yang terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah yaitu kelompok  Trivumyang berisikan tiga mata pelajaran, gramatik, retorika, dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok Quadrium yang berisikan empat mata pelajaran yaitu; aritmatika, geometri, astronomi dan musik.
Kemudian tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi anak cabang ilmu pengetahuan induknya dan berdiri sendiri atau bahkan menjadiprerequisite (prasyarat) untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing (menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab (kosa kata) dan reading (membaca).
 Vocabadalah prerequisite (prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat dariwriting.Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historois, pendidikan nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dari psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
Dalam organisasi separated subject curriculum, yang memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap mata pelajaran dapat berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan, anak cabang ilmu pengetahuan   berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada akhirnya peserta didik tidak mampu lagi untuk mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan berbahasa, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci lagi.
Untuk penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi berbagai kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta didik dipersilahkan untuk memilih bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program yang sesuai dengan minatnya.sungguhpun demikian penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum. (Dakir,2004:34-38)
2. Correlated Curriculum
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai macam. Ada yang bersifat timbale balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam pengorganisasian kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau sub pokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama. Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
1)      Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis, misalnya:
  1. Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran: membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita dan sebagainya.
  2. Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran:: pisika, kimia, biologi, dan sebagainya
  3. Dalam bidang studi ilmu sosial, berbagai mata pelajaran: sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
  4. Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran: aljabar, ilmu hitung, ilmu ukur, dan sebagainya.
2)      Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, misalnya: pembahasan pokok bahsan “Candi Borobudur”. Untuk membahasa candi Borobudur perlu pembahasan mengenai:
a.              Letak candi : dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi
b.             Letak dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi dan sejarah.
c.              Pemilihan batu untuk candi: dibahas olehmata pelajaran ilmu alam
d.             Bentuk candi: dibahas oleh ilmu arsitek
e.              Kedatangan turis(luar/dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran ilmu pariwisata.
f.              Beli souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan sebagainya (Dakir, 2004: 41)
3. Integrated Curriculum
Integrated curriculum (kurikulum terpadu) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi (perpaduan) dari beberapa mata pelajaran  sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.( Suparla, 2012: 57 )

2.3. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16) 
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.  (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263) 
UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Kesimpulanya adalah bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat baik itu dilakukan dalam pendidikan formal maupun dalam pendidikan non formal.



2.4. Sekolah Dasar
a. Pengertian Sekolah Dasar
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2001) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut:
·           Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah
·           Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1   Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan SDN Sumbersari 1 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dengan studi kasus efektivitas kurikulum KTSP di SDN Sumbersari 1 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dimana lokasi penelitian merupakan daerah   yang berdekatan dan lekat degan suasana pendidikan. Penelitian dilakukan pada 17-18 Mei 2013, sedangkan  pengelolaan data dan hasil penulisan laporan dilakukan pada 18-20 Mei 2013.

3.2    Teknik Pengumpulan Data
          Pendekatan     yang    digunakan     dalam    penelitian   ini  adalah    pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan  kuantitatif,  penelitian ini menggunakan metode survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun 1989:68). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk   mengetahui sejauh mana siswa terkena dampak dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan KTSP
          Pendekatan kualitatif penelitian mengambil fakta berdasarkan pemahaman subyek penelitian, dan mengetengahkan hasil pengamatan itu secara sangat rinci (Agusta     1998:105).   Pendekatan kualitatif  lebih  menekankan pada   kedalaman dan kecukupan informasi    serta  berusaha membangun teori minimal tentang unit analisis yang diteliti. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui keterlibatan seorang guru dalam menerapkan dan melaksanakan KTSP
          Strategi penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Melalui metode studi   kasus   peneliti   bermaksud   untuk   mencari,   menerangkan   dan   menganalisis peristiwa sosial yang terjadi secara holistik dan mendalam tentang permasalahan penelitian. Peneliti   menggunakan   metode   studi   kasus   karena   penelitian   berada pada    studi   aras  mikro,    yaitu   di SDN Sumbersari 1 Kecematan Lowokwaru Kota Malang.
Jenis   data   yang   akan   digunakan   dalam   penelitian   ini   adalah   data   primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan dan   diisi  oleh responden melalui wawancara mendalam dan pencarian informasi kepada informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui   dokumentasi  yang sumbernya berasal dari  dokumen sekolah atau dinas terkait, buku, artikel,  internet dan karya ilmiah lainya.

3.3   Teknik Penentuan Responden
         Terdapat dua subjek penelitian yaitu responden dan informan. Data dari penelitian   kuantitatif diperoleh melalui kuisioner dengan menggunakan teknik wawancara   kepada   responden. Kemudian hasil dari kuesioner tersebut dicatat seperti apa adanya dan diolah dengan melakukan analisis serta interpretasi, baru selanjutnya dilakukan pembuatan   kesimpulan tentang hasil kuesioner. Data dari penelitian kualitatif diperoleh melalui   observasi ke lapangan dan  wawancara mendalam kepada informan.
Untuk   data   kualitatif, penelitian  ini  menggunakan wawancara mendalam  dengan pemangku kepentingan yang terlibat untuk mengetahui kegiatan-kegiatan kelembagaan partisipatoris dan peran dari masing-masing pemangku kepentingan serta untuk mengetahui       faktor-faktor  yang  mempengaruhi kelembagaan partisipatoris dalam menjalankan sebuah kurikulum Sedangkan untuk mengetahui perubahan serta peningkatan peserta didik   partisipatoris digunakan data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner yaitu sebanyak 15 responden orang tua peserta didik.

3.4   Teknik Pengolahan dan Analisis Data
         Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh dengan pendekatan penelitian berbeda, yakni data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif dan dari data kuantitatif. Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif akan     diolah   melalui    tiga   tahap   analisis   data   kualitatif,   yakni   reduksi    data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sugiyono (2008) mendefinisikan tahap- tahap analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi data: merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema serta pola data yang diperoleh;
2.  Penyajian data: menyajikan data  dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart , dan lain-lain untuk mempermudah peneliti dalam mengorganisir data, menyusun pola dan memahami data yang diperoleh;
3.  Penarikan kesimpulan yang menghasilkan temuan baru atas obyek penelitian. Data     yang   diperoleh dari responden dan informan selanjutnya dicatat dalam catatan harian. Data-data     yang telah didapat kemudian direduksi (pemilihan, pemusatan perhatian pada   penyederhanaan, dan transformasi data kasar” yang muncul dari catatan-catatan            tertulis  di  lapangan). Reduksi data bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan,   mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa   sehingga   kesimpulan akhir   dari   pemaknaan   dari   efetivitas KTSP tingkat sekolah dasar pada era globalisasi di Indonesia
Data kuantitatif hasil penyebaran kuesioner di lapangan diolah dengan terlebih    dahulu dilakukan pemilahan data. Pengolahan data dilakukan dengan tabel   frekuensi untuk    menghitun persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabulasi silang untuk   mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa     terkena dampak dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan KTSP. Selanjutnya gabungan data kualitatif dan kuantitatif tersebut diolah dan dianalisis dengan disajikan dalam bentuk   teks naratif, matriks, atau bagan. Kemudian ditarik kesimpulan dari semua data yang telah diolah.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Peranan KTSP pada Sekolah Dasar sekolah

Berikut adalah data yang di ambil dari SDN Sumbersari 1 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang melibatkan seluruh guru yang mengajar di SDN tersebut.
NO
Daftar Pertanyaan Pada Angket
 Presentasi
1
Penggunaan metode pembalajaran yang bervariasi
75%
2
Mengadakan pembelajaran di luar kelas
85%
3
Melakukan evaluasi pembelajaran terhadap siswa
90%
4
Menerapkan metode-metode KTSP
75%
5
Kesulitan mengajar menggunakan metode KTSP
75%
6
Perkembangan siswa terhadap adanya KTSP
85%

                Dari data yang diambil melalui metode penyebaran angket terhadap guru dari SDN Sumbersari 1 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dapat disimpulkan bahwa peranan kurikulum KTSP pada tingkat sekolah dasar mempunyai peranan sebagai berikut :
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan para siswa.
a.    Peranan Konservatif
Peranan yang dimana salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentranmisikan dan mentafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial yang dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
b.    Peranan Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah, sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang adamelainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan!
Dalam hal ini kurikulum berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berfikir kritis.
c.    Peran Kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat.
4.2 Fungsi Kurikulum
Disamping kurikulum memiliki peranan, juga kurikulum mengemban atau memiliki atau mengemban berbagai fungsi. Berkaitan dengan fungsi kurikulum sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu :
a.   Fungsi Penyesuaian (The adjustive of adaftive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
b.   Fungsi Pengintegrasian (The integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
c.   Fungsi Difereansiasi (The differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
d.  Fungsi Persiapan (The propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
e.   Fungsi Pemilihan (The selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
f.    Fungsi Diagnostik (The diagnostic function)
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya. 

4.2 Keunggulan dan Kelemahan KTSP
                Berikut adalah hasil wawancara terhadapa guru SDN Sumbersari 1 mengenai kelemahan dan keunggulan KTSP.
A. Keunggulan
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum damasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia, tidak melihat situasi riil dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia. Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.
2. Mendorong guru, kepala sekolah dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan KTSP sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan local yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.
4. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 persen.
Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.

B. Kelemahan  KTSP

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia disamping memiliki Kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan KTSP antara lain:
a.Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas guru.
b.Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.
c.Masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan. Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.
d.Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan guru.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar